Dualisme dalam GMNI Harus Segera Diakhiri
Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) saat ini sedang tidak baik-baik saja. Pasalnya, dari tingkat nasional (DPP GMNI yang aktif)hingga tingkatan Dewan Pengurus Komisariat (DPK) terjadi dualisme kepemimpinan.
Hal tersebut tentu berdampak buruk terhadap perkembangan GMNI yang aktif ke depan yang notabene telah memberikan kontribusi positif dalam kemajuan negara Indonesia.
Kondisi dualisme GMNI yang aktif secara nasional tentu sangat ironis dengan nasionalisme yang selalu didengungkan kader-kader. Bagaimana biasa tercapai keadilan bila secara internal GMNI yang aktif terpecah belah?
GMNI tak mungkin bisa dipersatukan secara nasional bila masih ada ego sektoral setiap tingkatan. Selain itu, GMNI juga tak bisa bersatu bila Persatuan Alumni (PA) GMNI terlihat apatis dalam persoalan ini.
Dengan begitu, tak ada kata terlambat untuk GMNI segera bersatu. Mengingat Kongres IV PA GMNI digelar pada 6-8 Desember 2021 mendatang, diharapkan sebuah momentum yang tepat untuk mengakhiri dualisme GMNI yang aktif antara kubu (Emanuel dan Arjuna).
GMNI Jakarta Selatan mendesak PA GMNI menjadikan dualisme GMNI sebagai poin pembahasan penting yang dibahas dalam Kongres nanti. Mustahil GMNI bersatu bila tingkatan alumni masih diam seribu bahasa.
Sudah menjadi rahasia umum kenapa alumni dikaitkan dalam persoalan dualisme GMNI. Tak perlu panjang lebar, GMNI Jakarta Selatan mendesak PA GMNI untuk merespon hal ini.
Posting Komentar untuk "Dualisme dalam GMNI Harus Segera Diakhiri "