Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Politik bukan Orang Politik.

Tahun depan sudah memasuki tahun politik. 

Seperti ditahun politik sebelumnya, kita akan disuguhkan dengan rentetan baner bergambar calon presiden dan legislatif di setiap sudut ruang publik; Terpampang di pinggir jalan, di belakang mobil angkot, dan di tiap tiang-tiang listrik. Tidak lupa tersematkan untaian kata bijak dan janji-janji manis jika terpilih kelak.


Fenomena seperti ini kadang membuat sebagian masyarakat menjadi muak. Terutama para anak muda yang lahir ditahun 2000-an. Mereka menilai politik tak lebih dari permainan segelintir orang yang haus akan kekuasaan. Apalagi bagi sebuah negara demokrasi yang menjamin semua warga negaranya bisa mencalonkan diri sebagai pemimpin atau wakil rakyat. Maka tak heran kalau banyak penipu dan perampok uang rakyat yang maju sebagai pemimpin atau wakil rakyat. Sebab, demokrasi kita memberi jalan bagi mereka.

 

Jika demikian berarti sistem demokrasi itu buruk dong? Tidak! Sistem demokrasi itu tidak buruk. Berkat demokrasi saya bisa menulis bebas seperti ini. 


Namun, gara-gara pemerintahan yang berkuasa selama 32 tahun itu demokrasi kita menjadi kacau. Kita mendaku diri sebagai negara demokrasi, tapi partai yang menang cuma partai itu-itu saja. Orang yang jadi pejabat cuma dari golongan itu saja. Dan tradisi seperti itu terus berlanjut hingga hari ini. Semua warga negara yang bermimpi menjadi pemimpin atau wakil rakyat tidak bisa maju jika tidak mendapat restu dari partai-partai yang dikuasai oleh orang-orang yang dulu terlibat dalam pemerintahan 32 tahun.


Atas perilaku segelintir orang yang berkuasa itu (oligarki) banyak orang akhirnya malas untuk membahas politik. Bahkan, tiap tahun angka golput terus mengalami kenaikan. Seruan untuk tidak datang ke pesta demokrasi yang dibiayai oleh uang rakyat bertebaran di media sosial.


Padahal, politik bukan hanya soal perebutan kekuasaan. Politik mencakup segala hal yang berkaitan dengan hidup kita. Harga BBM, biaya sekolah, pembangunan jembatan, jalan raya, semuanya hasil dari pertempuran politik. Orang yang tidak peduli terhadap politik adalah orang yang tidak peduli terhadap apapun, termasuk nasib dirinya sendiri.


Lalu, apakah kita harus ikut berpolitik seperti para caleg atau petugas partai jika tidak ingin disebut sebagai orang yang tidak peduli terhadap politik?


Tidak perlu!


Politik, sekali lagi, bukan hanya soal perebutan kekuasaan. Politik mencakup segala lini kehidupan bernegara dan berbangsa. Meskipun bukan orang politik, tapi kita harus tetap berpolitik.


Politik bukan orang politik berbeda dengan politik orang politik. Politik bukan orang politik adalah mengedepankan sikap skeptis dan sifat curiga terhadap caleg atau capres yang hendak kita pilih.


Sebagai bukan orang politk yang berpolitik, kita jangan sampai mudah terbawa berita hoax yang dipropagandakan. Setiap menemukan berita yang memuji atau menghina salah satu calon, kita harus cerna informasi itu dengan pikiran terbuka. 


Kita juga jangan sampai terbujuk dengan politik transaksional yang biasanya dibawa oleh para kader untuk membeli suara rakyat dengan beras atau amplop. Meskipun ini permasalahan sulit, karena mayoritas masyarakat kita masih didominasi oleh orang-orang yang bermental miskin (sikap selalu ingin diberi).


Namun, jika kita ingat dampak apa yang kelak ditimbulkan oleh para pelaku politik transaksional itu, saya yakin banyak masyarakat yang menolak perilaku politik transaksional tersebut. 


Inilah pentingnya pemuda-pemuda desa yang terdidik untuk memberikan edukasi kepada masyarakat di desanya agar bisa lebih terbuka perihal politik. Jangan sampai rakyat hanya dijadikan bahan bancakan oleh para penipu dan perampok yang selalu mengatasnamakan rakyat.


Ah saya lupa, kan para pemuda-pemuda desa terdidik itu saat ini malah ikut-ikutan jadi kader. Tetapi saya yakin masih ada yang berada di luar lingkaran dan masih setia mengemban tanggung jawabnya sebagai seorang intelektual: Memberikan penerangan bagi gelapnya pengetahuan masyarakat soal politik.


Teruslah berpolitik meskipun bukan orang politik agar para perampok, penipu, dan orang-orang jahat itu tidak bisa berkuasa. Agar rakyat yang awam tidak kembali menjadi korban.


Penulis: Aries Usboko, Anggota GMNI Universitas Tama Jagakarsa

Posting Komentar untuk "Politik bukan Orang Politik."